Cerpen Kehidupan LAMPU MERAH – Coretan Tinta Emas

Cerpen Kehidupan | Dalam cerpen tak hanya tentang cinta ataupun tentang persahabatan saja ada juga cerpen tentang kehidupan. Yang mana cerpen kehidupan di sana akan bisa di jadikan sebuah contoh cermin dari sebuah kehidupan. Dengan begitu maka akan banyak hal yang anda bisa dapatkan dan pelajari dari sebuah cermin cerpen kehidupan tersebut. Dalam cerpen kehidupan juga biasanya ada beberapa pesan moral yang biasa di selipkan di antara cerpen tersebut. Oke sobat pada kali ini cerpen yang saya bagikan kali ini berjudul Lampu merah.

Oke langsung saja kisah yang ada dalam cerpen ini mengisahkan seseorang laki-laki yang serba kekurangan bekerja menjadi sopir pada sosok lelaki yang kaya dan dermawan. Ia pada cerita itu di kisahkan bahwa saat itu sedang berada dalam perjalanan, dan di dalam perjalanan mereka saling berbincang-bincang menceritakan satu sama lain. Dan dia bercerita dan saling menanyakan saat mereka itu berhenti di lampu merah.

Cerpen Kehidupan LAMPU MERAH

Oke sobat langsung saja menurut saya cuplikan di atas itu sudah cukup, untuk lebih jelasnya mungkin kita bisa langsung pada inti pembahasan pada kali ini. Oke supaya sobat tidak jenuh selamat menikmati cerpen dari saya ini. Berikut adalah Cerpen yang berjudul lampu merah itu.


LAMPU MERAH

Lampu merah pertama.

“No…Parno, sudah berapa lamakah kau bekerja untuk aku?”
“Maaf…memangnya kenapa tuan?”
“Oh…tidak apa-apa aku hanya ingin bertanya saja”
“Sudah 10 tahun tuan”
“Hemm…sudah lama juga ya, apakah ada yang kurang No?”
“Maaf tuan…maksudnya bagaimana?”
“Iya…selama bekerja dengan aku, apa ada yang kau inginkan tapi belum kesampaian?”
“Tidak ada tuan, sudah cukup, terima kasih”

Lampu merah kedua.

“No…Parno, apakah ibu sudah mempersiapkan semua hal untuk pesta pergantian tahun nanti malam?”

“Sudah tuan, kemarin ibu sudah suruh saya belanja semua keperluan, mulai dari kembang api sampai daging sapi untuk barbeqiu nanti”
“Terima kasih ya No”

“No…kamu tahu moment inilah setahun sekali aku, ibu dan anak-anakku dapat berkumpul bersendau gurau, kamukan tahu sendiri No bagaimana kesibukkan aku setiap hari”
“Iya tuan, semoga nanti malam menjadi malam paling bahagia buat tuan dan keluarga”

Lampu merah ketiga.

“No…Parno, nanti malam kemanakah kau akan mengajak jalan anak serta isterimu?”
“Kami di rumah saja tuan tidak kemana-mana”
“Kok begitu, apakah kau perlu uang? Berapa, bilang saja tak usah ragu, aku tak akan hitung ini sebagai hutang”

“Maaf tuan bolehkah saya mengajukan satu permintaan? Kalau tidak salah di lampu merah pertama tadi tuan menawarkan kepada saya”
“Silahkan No, buat orang sepertimu aku takkan pernah ragu berikan apa yang kau butuhkan”
“Benarkah tuan?!”
“Iya…katakan saja apa permintaanmu”
“Tuan bolehkan saya pinjam malam tuan nanti?”
“Maksudmu? Saya belum paham?!”

“Aku ingin berikan satu malam untuk anak istriku, dipergantian tahun yang takkan bisa mereka lupakan, aku hanya ingin meminjam satu malam tuan dan keluarga, diantara malam-malam tuan selama ini, malam pergantian tahun tuan dan keluarga, bolehkan untuk saya? Mau saya persembahkan untuk anak serta isteri”
“Mengapa begitu No?!”
“Saya ingin mengajak mereka merasakan hidup seperti tuan” walau hanya satu malam saja”
“Baiklah No kalau memang itu maumu”

Catatan Lainnya :

cerpen hak milik tuan rayyan, cerpen hak milik tuan rayyan part 3