CERITA si KANCIL menolong KERBAU| Dongeng Anak Terbaru

cerita
Dongeng kancil dan Kerbau

Cerita si kancil menolong kerbauSetelah pada
cerita si kancil sebelumnya tentang perlombaan lari antara si kancil dan siput,
kini sikancil sadar dan tak lagi menyombongkan dirinya. Si kancil kini kembali
menjadi kancil yang periang, cerdik, dan juga baik hati. Pada suatu hari yang
panas, si kancil menyusuri hutan untuk jalan-jalan. Karena merasa haus, si
kancil berjalan menuju sungai untu minum.

Setelah sampai, si kancilpun minum dengan lahapnya. Dia meminum
sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa dahaganya. Setelah di rasa puas, si
kancilpun kemudian berteduh di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Suasana yang
sejuk dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, membuat mata si kancil menjadi
terasa berat dan mengantuk.

Tapi ketika si kancil tengah asik menuju alam mimpi, lamat-lamat
dia mendengar suara merintih dan minta tolong. Si kancilpun segera bangun dan
mencari dari arah mana suara itu berasal. Betapa kagetnya si kancil, ketika dia
melihat dari balik semak-semak. Dia melihat pak kerbau yang tengah mengerang
kesakitan karena kakinya di gigit oleh seekor buaya. Si kancilpun mendekat
untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

“Hai pak kerbau.. apa kabarmu hari ini? Kau dan pak buaya sedang
main apa? Bolehkah aku ikut?”. Kata si kancil berlagak bodoh.

“Aduh kancil.. kabar ku hari ini sangat sial..”. kata pak kerbau.

“Tapi kabar ku hari ini sangat baik dan sangat beruntung..hahaha”.
kata buaya menyahut.

“Lho.. kok bisa begitu? Memangnya kalian ini kenapa? Ada apa
sebenarnya?”. Tanya si kancil.

“Begini cil..”. kata pak kerbau. “Tadi.. waktu aku sedang minum,
aku mendengar ada suara meminta tolong. Setelah aku cari, ternyata aku melihat
buaya ini sedang mengerang kesakitan karena tertimpa oleh pohon. Dia memelas
dan meminta tolong pada ku, agar aku mau menolongnya”. Kata pak kerbau.

“Lha terus masalahnya bagaimana kok bisa jadi begini?”. Tanya si
kancil lagi.

“Nah.. biar aku yang lanjutkan cil..”. kata buaya. “Tadi dia memang
menolong ku. Melepaskan aku dari tindihan pohon besar yang menimpa tubuh ku
sehingga aku tak bisa bergerak. Tapi tadi aku juga sudah bertanya padanya,
apakah diamau menolong ku dengan tulus? Lalu dia jawab, iya. Nah, janji adalah
hutang bukan?”. Tanya si buaya.

“Iya.. memang benar demikian, lalu..?” Tanya si kancil lagi.

“Aku terjebak di bawah pohon sudah tiga hari lamanya. Kehujanan,
kepanasan, dan juga kelaparan. Waktu pak kerbau menolong ku, aku sangat lapar
cil. Jadi ku tagih juga janjinya yang katanya mau  menolongku dengan tulus, agar dia juga
bersedia ku santap untuk menolong ku menghilangkan rasa lapar ku. Jadi, aku tak
salah kan cil? Hahaha..”. kata si buaya.

“Apakah benar demikian pak kerbau cerita yang sebenarnya?”. Tanya si
kancil memastikan.

“Memang benar cil. Tapi aku hanya bermaksut menolongnya dari
tindihan pohon tadi agar dia bisa bebas. Tak ku sangka ternyata dia juga mau
memakan aku untuk menolong menghilangkan rasa laparnya. Nasib ku memang
benar-benar malang cil..”. kata pak kerbau pasrah dengan sedihnya.

“Tunggu-tunggu.. kalau memang benar begitu ceritanya, berarti pak
buaya benar dan pak kerbau yang bersalah. Jadi pak kerbau memang harus bersedia
di makan oleh pak buaya..”. mendengar perkataan si kancil ini, buaya menjadi
sangat senang dan si kerbau menjadi sangat bersedih. Dia hanya bisa merintih
dalam kepasrahanya.

“Tapi untuk lebih jelasnya, bagaimana kalau kita lakukan reka ulang
adegan yang sebenarnya…?”. Kata si kancil lagi.

“Reka ulang adegan? Maksudnya apa cil?”. Tanya pak buaya.

“Maksudnya, kita akan melakukan sandiwara tentang kejadian sebelum
hal ini terjadi. Agar semua dapat kita simpulkan dengan jelas siapa yang benar
dan siapa yang salah”. Kata si kancil.

“Buat apa cil? Kan tadi sudah kau bilang bahwa aku yang benar.”.
kata buaya sedikit protes.

“Memang pak buaya.. tapi masalahnya, pak kerbau merasa belum jelas
dan dia merasa dirinya juga benar. Nah, agar dia juga sama-sama mengerti bahwa
dia yang salah, maka kita harus melakukan reka adegan ini. Tentunya pak buaya
yang sangat cerdas tak mau jika di bilang memakan kerbau yang tak bersalah
bukan?”. Tanya si kancil.

Mendengar dirinya di puji, si buaya menjadi besar kepala.. “Wah..
tentu saja tidak cil. Kau memang benar. Buaya cerdas seperti ku tak mungkin mau
jika di sebut penipu. Hahaha.. baiklah, mari kita lakukan reka ulang adeganya,
aku yakin bahwa walau di ulang berapa kalipun.. tetap aku yang benar”. Kata buaya
dengan yakinya.

Ahirnya, buaya melepas gigitanya dari kaki pak kerbau. Dan merekapun
melakukan reka adegan. Si buaya kembali ke tempat asal dia tertimpa batang
pohon. Dan pak kerbau kembali mendorong pohon menimpa pak buaya dengan ke dua
tanduknya. Setelah di rasa si buaya tak sanggup lagi bergerak dan benar-benar
terjebak, si kancil mengajak pak kerbau segera lari meninggalkan tempat itu.

“Rasakan itu buaya jahat..!! ahirnya kamu berhasil juga aku tipu. Kamu
memang tak tahu terimakasih. Sudah di tolong malah tak mau membalas budi. Sekarang
rasakan sendiri akibat dari perbuatan jahat mu. Kau akan terjebak di situ tanpa
ada stupun hewan yang mau menolong mu. Hahaha..”. kata si kancil sambil berlari
meninggalkan tempat itu. Sementara si buaya yang merasa di tipu oleh si kancil,
sangat sakit hati dan menyimpan dendam. “Suatu hari nanti, aku pasti akan
membalas mu kancil..!!”. teriak buaya. Dan mulai saat itulah di mulai
perseteruan antara buaya dan kancil. Pada cerita dan kisah yang lain..

THE END

Story by: Muhammad Rifa’i