Puisi dialek warung kopi | Puisi Dan Kata Bijak
Puisi dialek warung kopi. Pada umumnya warung kopi merupakan lahan bisnis bagi pemilik warung kopi tersebut, dan berpungsi sebagai tempat bersantai dan menikmati kopi bagi mereka para pencinta kopi. dan fungsi utamanya yah sebagai tempat minum kopi. bagi masyarakat para penikmat dan pencinta minuman kopi.
Warung kopi bukan hanya sekedar nongkrong, akan tetapi warung kopi juga biasanya sebagai tempat bertemunya warga dengan berbagai macam latar belakang mengorol menceritakan tentang kehidupan sehari hari, dan segala peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam dan luar negeri, jadi dapat di katakan warung kopi disamping berpungsi sebagi tongkrongan untuk ngopi, warung kopi juga berpungsi menjadi tempat tukaran pikiran, bagi mereka yang bersantai menikmati kopi.
Berkaitan dengan warung kopi atau kata kata tentang kopi dua puisi esai kali ini menceritakan tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam negeri, adapaun masing masing judul puisi esai nya antara lain.
- Puisi dialek warung kopi
- Puisi lelaki dan kopi
Bagaimana ceritan dan makna dibalik rangkaian bait kedua puisi esai tersebut, untuk lebih jelas dan selengkapnya silah disimak saja berikut ini.
Dialek warung kopi
Si Udin berorasi politik makin menjadi
Sedang si Jono terlihat lelah bergumam dengan serapah
Lalu di sampingnya Si Mawar tak menggubris mengaduk-aduk kopi yang entah pada senyum keberapa manisnya mengulum bibir-bibir dihadapnya
Dan Si Paijo menatap Udin tajam pada hisapan kretek yang menyala bara, lalu dihempaskan asap yang mengepul keudara, ini hitamku, ini dendamku batinnya seperti meninju
Lalu kelakar Sri memudarkan obrolan yang mulai mengarah ke hal serius Indonesia
Sri pun berkata, kapan kalian akan membelikan bᥱha baru buatku, sebab yang lama telah putus, bekas tangan-tangan kalian, yang buat sesak ukʋran dadʌku sekarang!
Sri sang primadona warung kopi nakal menyeringai satu persatu pengunjung kopi.
Dan Mawar pun tak kalah sipu, rupanya ia mulai malu-malu
Sebab Indonesia sudah rindu
Sebab Indonesia ada di dadaku
Orasi politik pun kelabu
Di lesap abu-abu
Di kulum gincu
Di nyala lampu remang-remang
Fredi F A
Jakarta, 260717
LELAKI DAN KOPI
lelaki itu membaca dengan seksama
tentang eja coretannya
kadang tersenyum, namun acapkali matanya melotot pertanda emosinya meninggi
lalu pada diamnya, ia meraih korek api di meja itu
kemudian kertas yang di genggamnya menjadi api, kemudian hangus dan berkepul-kepul
menjadi serbuk hitam
yang ia tuangkan kedalam segelas kopi panas
lalu ia sruput dengan nikmatnya
oh ternyata memang nikmat
gumamnya sedikit berkeringat
sesekali ia pun menghisap dalam-dalam sebatang rok0k yang sedari tadi dijepit jari-jari
kemudian ia mulai berorasi pada sepenggal akal di kepala
diksi yang kupunya sudah kuseduh dan kuminum juwita
dan mulai kini, kutakkan merayu dan memohon cintamu hanya untukku
terserah!
biarkan kunikmati pada rasa
kan kubiarkan ia bicara
menyentuhmu pada palung paling hatimu
suatu ketika
pada suatu ketika
kau benar-benar jatuh cinta
kemudian lelaki itupun meraih gitar di sampingnya
kali ini ia seperti bernyanyi walau tanpa syair
hanya gumam instrumentalia yang mengalir
ia begitu menikmati malam yang dingin dengan segelas kopi
ia coba berdamai dengan getir
lelaki dan kopi
berdendang sendiri
Fredi FA
Jakarta, 140417
——–
Demikianlah puisi dialek warung kopi. Simak/baca juga puisi yang lain di blog ini, semoga puisi esai diata tentang kopi dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.