Puisi engkau nantikanlah aku |
, puisi engkau nantikanlah aku. Adakah lebih januari dari dari januari, Saat rindu dan hujan beradu Melengkapi kerikilkerikil namun tak meretakan prahara Sehingga tangisan Enggan menangis lagi menyambut diretas gelap.
Pragraf diatas salah satai penggalan bait dari beberapa puisi campuran di kesempatan ini, adapun masing masng judul puisinya antara lain.
- Puisi cahaya mati
- Puisi engkau nantkanlah aku
- Puisi curang
- Puisi cengehan malam
- Puisi adakah lebih januari dari januari
Bagaimana ceritan dan makna dari kelima puisi tersebut, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini,
CAHAYA MATI
Putera Remy Merindu
Ubatilah pedih dengan berdirinya pendirian
Perlu apanya menghirau
Sedang memahaminya satu kesulitan
Tunggul mati
Tunas baru pun tidak sudi
Sekadar menjadi sarang cendawan
Selamanya tunggul mati
Bisakah reput menyubur kembali
Mungkinkah daun keladi jadi basah
Setelah menolak air berterusan
Jangan tangisi jangan ratapi
Telah puas menangis
Sehingga tangisan itu sendiri
Enggan menangis lagi
ENGKAU NANTIKANLAH AKU
Engkaulah genta
Yang melepaskan segala syair dan ranumnya kata
Engkaulah sepotong jejak
Yang menandai palung kerinduan dalam bongkahan terkelam
Engkaulah cakrawala tanpa tepi
Yang membentengi peraduan tak bernama, namun terasa ada
Ijinkanlah aku
Mengikis pualam gelap, tanpa harus lenyap
Ijinkanlah aku
Memahatkan bebatuan kalbu, tanpa menaburi sendu
Ijinkanlah aku
Melengkapi kerikil-kerikil hatimu, namun tak meretakan prahara
Engkaulah nantikanlah aku
Yang berlapis puji dari nektar suci
Oss.am
Subang,20-11-2016
Curang
Mataku curang lagi,
melihat perempuan ajnabi
lupa hukum haram merenungi
aurat terdedah yang nafsu senangi.
Cepatcaepat kuberpaling
bila sedar kesilapan diri
Tuhan, ampuni hambamu
yang lemah ini.
Muhammad Khalid bin Zainul
21/11/2016 2:02apm
Kota Singa
CENGENGEHAN MALAM
Insan Ar-Rofiq
Biarkan malam tua
Siang akan menjemput
Biarkan sumur akan ku timba
Telaga takkan surut
Dan biarkan cinta bertahta
Bahagia akan menyambut
Diretas gelap
Kutemukan wajahmu
Lewat lemparan cengengehan malam
Yang melingkar diarena Pertarungan
Antara nafsu dan kesunyian.
Adakah lebih januari dari januari
Redup dan gigilnya
Teduh dan basahnya
Saat rindu dan hujan beradu deras
Saat rindu dalam hujan memacu lepas
Maka (Jadilah) dian yang menyela gulita
Agar mengutuh teguh dari setiap lara
Lalu yakinkan setiap nafasku
Bahwa tak akan menjelma januari sebelum januari…
Tegal,9 Nov ’16
———–
Demikianlah puisi engkau nantikanlah aku. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.