Puisi sendu seterik matahari |

Puisi sendu seterik matahari. Apasih arti dari kata sendu yang sering kita jumpai dalam puisi maupun prosa, bahkan dalam artikel umum yang lainnya. Sendu berdasarkan kamus bahasa indonesia jika mengandung kata adjektiv, sendu artinya berasa sedih dan pilu, atau berduka cita, biasa juga diartikan sedu. jadi dapat disimpulkan bahwa kata sendu merupakan suatu kata yang berkaitan dengan hal yang menyedihkan atau sesuatu hal yang dapat mengundang kedukaan yang mendalam.

Dalam puisi kata sendu sering kali kita temui para penyair menulis kata kata dalam diksinya semisal balada, epos, elegi,, rapsodi, ratapan dan lain sebagainya, kata kata ini merupakan satu kesatuan dari kata sendu itu sendiri, yang pengertian tentang hal yang menyedihkan, sehingga merasa berduka.

Berkaitan dengan kata sendu, puisi puisi kali ini menceritakan tentang hal yang sendu dalam bentuk puisi prosa karya dari seorang bernama pena Kemilau Mata bening. puisi sendu seterik matahari dijadikan judul utama mewakili judul puisi prosa yang lain.

Empat puisi prosa tentang sendu

Apakah ada pembaca yang sedang merasa sendu sehingga sampai di halaman ini, menemukan puisi tentang sendu.? anda tak tak salah berikut ini masing masing judul puisi tentang sendu, adapaun masing masing judul puisinya antaralain.

  1. Puisi karena syairmu
  2. Puisi sendu seterik matahari
  3. Puisi lelaki pena
  4. Puisi sendu

Bagaimana cerita dan makna dari keempat puisi prosa tersebut untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja puisinya dimualai dari puisi prosa karena syairmu, berikut ini puisinya.

KARENA SYAIRMU
Karya : Srie Astuty Asdi

Berkali-kali wajahmu yang pujangga bertaburan. Menjadi syair-syair sendu yang berserak pada kertas-kertas. Diksi-diksinya menjelma metafora berbeda. Dalam serpihan cinta, sengketa, dan air mata.

Bersama lembar-lembar kisah melayang jatuh di retina. Ada noktah yang ingin kausampaikan. Menyapa jiwa-jiwa yang buta dalam menafsirkan makna cahaya. Di celah reruntuhan tebing yang menenggelamkan rasa.

Adalah engkau pemantra sunyi dengan riuh kata, kurindui. Aku yang serasa kehilangan batinku dalam aksara bungkam, pulang. Menemukan jalan di antara karang-karang tua yang hitam. Karena hanya syairmulah yang sanggup memanggil hatiku kembali.

Makassar, 13 September 2017

Sendu Seterik Matahari
Karya:Srie Astuty Asdi

Ada seberkas rindu yang suar di atas awan. Menggantung sebagai matahari yang beri salam akhir kepada embun. Teriknya yang kemilau warna kuning keemasan. Jemput senja sekemuning langit berkanvas saga. Kuliti lapisan jingga tuk menyusup sebara api, lalu menyerpih, memercik, hingga membumi.

Setiba rembang petang. Diakui lemahnya tak sanggup taklukkan kedatangan malam. Pergantian waktu yang diarak oleh putaran takdir, berujung redup. Meninggalkan matahari. Tenggelamkan talu yang sedang mendada di benak rindu. Yakinnya, kehadiran rembulan sekejap saja. Sekedar menghias romantisme malam.

Namun engkau tahu sendu? Rindu ini bukan unggun yang memangku langit hitam dalam separuh malam. Ia adalah matahari yang kan menghapus seluruh kegalauan bintang yang kerlip di matamu. Mengasa setabah kunang-kunang, yang rela dihilangkan pagi di binar ufukmu.

Padamu jiwa ini sendu
Namun kumerindu seterik matahari!

Lelaki Pena
Karya: Srie Astuty Asdi

Ialah pujangga berkelas dengan ujung penanya yang bermata sendu. Tinta yang gerimis pada hela napas yang terhirup dari musim ke musim. Dengan sunyi dan sendiri, ia menari. Memainkan nyala dadanya yang dipenuhi diksi-diksi.

Langit sastra pecah oleh jeritnya yang merah saga. Menukil rahasia hati yang sempat karam di tepi bidangnya. Meluahkan pada puisi-puisi sarat elegi. Namun, meromansa paling abadi di sanubari.

Engkau pena!
Tulisi jiwa-jiwa yang kosong!

Pada tabir tirai tergerai, namun nyalak akanmu. Jelajahi rinai-rinai nan derai di retinanya yang sembunyi. Sudahi kemunafikan yang tersimpan, dalam misterinya yang rindu.

Lelaki Pena …
Kertas-kertas itu …
Menanti di bawah hujan!

Kemilau Mata Bening
Makassar, 14 Juni 2017

PUISI SENDU
Karya : Srie Astuty Asdi

Aku mungkin tak seelok matahari. Pun tak seindah rembulan di waktu malam. Semisal cahaya, aku hanyalah sepijar lilin. Dalam tegak asa yang tengah berdiri. Aku memberimu terang serela ragaku pula hatiku yang membiar hancur.

Puisi sendu … kini aku mencipta dan mencinta sebatas cahaya. Mengecupmu lewat diksi-diksi. Menyentuhmu seindah kenang nan senjang. Dan mengikhlaskanmu seperti musim berlalu.

Engkau puisi roman sekejap, namun mampu mengiris batin. Di sejiwa yang terasa, seketika pupus dan sanggup memecah tangisku. Mendunglah cakrawalaku. Pergilah camar yang kemarin mengajakku terbang. Pulanglah ke sarangmu! Ada kekasihmu yang tengah sakit menanti setiamu!

Aku ‘kan memilih menjadi pecinta yang bertopeng. Penyair yang kesejatiannya tak memerlu pengakuan. Namun ia ada, seabadi bunga edelweis di pendakian gunung yang karam.

Salam damai …
Sampaikan pada kekasihmu!

Kemilau Mata Bening
Makassar. 26 Juli 2017
—————-

Demikianlah puisi sendu seterik matahari. Simak/baca juga puisi prosa yang lain di blog ini, semoga keempat puisi prosa diatas dapat menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.

Catatan Lainnya :

puisi sumpah pemuda, puisi, puisi pemuda chairil anwar, puisi tentang sumpah pemuda, puisi tentang sumpah pemuda karya chairil anwar